Recent Posts

Senin, 22 Februari 2010

PANDUAN PRAKTIS UMRAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Makna umrah
Menurut bahasa kata umrah berarti ziarah (berkunjung).
Menurut pengertian syar’I adalah Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan berthawaf di Ka’bah (setelah berihram dari miqatnya), lalu bersa’i di antara Shafa dan Marwah, kemudian gundul atau mencukur rambut (bertahallul). (Lihat Asy-Syarhul Mumti’, juz 4 hal. 26)


B. Dalil disyariatkannya umrah
1. Firman Allah

وَأَتِمُّواْ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّهِ


Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah (QS. Albaqarah: 196)

2. Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam semasa hidupnya melaksankan umrah sebanya kempat kali. Imam Ibnu Katsir berkata, “telah shahih bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaksanakan umrah sebanyak empat kali, semuanya beliau kerjakan pada bulan Dzulqa’dah.”
a. Umrah hudaibiyyah pada bulan Dzulqa’dah tahun 6 H
b. Umraul qadha pada bulan Dzulqa’dah tahun 7 H
c. Umrah ji’raanah pada bulan Dzulqa’dah tahun 8 H
d. Umrah yang beliau sertakan dengan ibadah haji wada pada bulan Dzulqa’dah tahun 10 H

3. Para ulama sepakat atas disyariatkannya umrah meskipun mereka berbeda pendapat mengenai hukumnya, apakah wajib atau mustahab (dianjurkan).

C. Keutamaan Umrah
1. Umrah sebagai pelebur dosa.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saw bersabda :

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Umrah yang disusul dengan umrah berikutnya adalah pelebur dosa (yang dikerjakan) diantara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan baginya selain surga.”

2. Menghilangkan kemiskinan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabada;
تَابِعُوا بين الحج و العمرة فانهما ينفيان الفقر و الذنوب كما ينفى الكير خبث الحديد و الذهب و الفضة

“Iringilah (pelaksanaan) haji dengan umrah, karena keduanya melenyapkan kefakiran dan dosa-dosa, sebagaimana alat pAndai besi menghilangkan karat yang ada pada besi, emas dan perak.”

3. Umrah adalah jihad para wanita.
Sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ عَلَى النِّسَاءِ مِنْ جِهَادٍ قَالَ نَعَمْ عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لَا قِتَالَ فِيهِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ

“Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, apakah wanita wajib berjihad? Beliau menjawab, “mereka wajib jihad yang tiada peperangan didalamnya yaitu haji dan umrah.”

4. Orang yang umrah adalah tamu Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saw bersabda:

وَفْدُ اللَّهِ ثَلاَثَةٌ : الْغَازِى وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ
“Delegasi Allah ada tiga; orang yang menunaikan ibadah haji, orang yang umrah dan orang yang berperang.”

5. Do’a orang yang umrah dikabulkan Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الحجاج و العمار وَفْدُ اللهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ، وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ

“Orang-orang yang melaksanakan haji dan umrah adalah para delegasi Allah, Dia memanggil mereka, merekapun menjawab (panggilan) Nya, dan mereka memohon kepada-Nya, Dia pun memberikan permohonan mereka.”

الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللهِ، وَالْحَاجُّ، وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ، وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ

“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang menunaikan ibadah haji, dan orang yang melaksanakan umrah adalah para delegasi Allah. Dia memanggil mereka, mereka pun menjawab (panggilan) Nya dan mereka memohon kepadaNya, dia pun memberikan kepada mereka.”

6. Orang yang meninggal dunia ketika pergi melaksanakan umrah, akan dicatat baginya pahala umrah sampai hari kiamat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

وَمَنْ خَرَجَ مُعْتَمِرًا فَمَاتَ كُتِبَ لَهُ أَجْرُ الْمُعْتَمِرِ إِلَى يَوْم

“Barang siapa yang keluar untuk berumrah lalu ia meninggal dunia, niscaya dicatat baginya pahala orang yang berumrah sampai hari kiamat.”

7. Orang yang meninggal ketika dalam keadaan ihram akan dibangkitkan dihari kiamat dalam keadaan membaca talbiah.

أَنَّ رَجُلًا كَانَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَقَصَتْهُ نَاقَتُهُ وَهُوَ مُحْرِمٌ فَمَاتَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبَيْهِ وَلَا تُمِسُّوهُ بِطِيبٍ وَلَا تُخَمِّرُوا رَأْسَهُ فَإِنَّهُ يُبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلَبِّيًا

“Bahwasanya seorang laki-laki pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tiba-tiba ia terjatuh dari unta yang dikendarainya sehingga lehernya patah, sedang ia dalam keadaan ihram lalu meninggal, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ’Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara serta kafanilah ia pada dua lembar kain (ihram) nya, jangan kalian meminyaki dengan wewangian dan jangan pula kalian menutup kepalanya, karena sesungguhnya ia akan dibangkitkan pada hari kiamat sambil membaca talbiah.”

8. Infak/biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan umrah memiliki keutamaan di sisi Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada ummul mukminin, ‘Aisyah, ketika beliau menunaikan ibadah umrah, “sesungguhnya pahalamu sesuai dengan kadar kepayahanmu dan nfakahmu.”

إِنَّ لَكَ مِنَ الْأَجْرِ عَلَى قَدْرِ نَصَبِكِ أَوْ قَدْرِ نَفَقَتِكِ

“Sesungguhnya pahalamu dalam umrahmu sesuai dengan kadar nafkahmu.”

9. Umrah yang dikerjakan di bulan Ramadhan memperoleh pahala sebanding dengan ibdah haji yang dikerjakan bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً مَعِي

“Umrah di bulan Ramadhan menyamai pahala haji bersamaku.”


D. Umrah sebelum menunaikan ibadah haji.
Perlu diingatkan disini bahwa orang yang belum menunaikan ibadah haji, boleh mengerjakan umrah. Hal ini berdasarkan ucapan Abdullah bin Umar ketika beliau ditanya oleh Ikrimah bin Khalid tentang umrah yang dikerjakan oleh orang yang belum melaksanakan haji, beliau mengatakan ‘la ba’sa’ (tidak mengapa), lalu beliau menuturkan, “

اعْتَمَرَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْلَ أَنْ يَحُجَّ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengerjakan umrah sebelum menunaikan ibadah haji.”


E. Syarat, rukun dan wajib umrah
Syarat umrah
Syarat adalah suatu perkara yang harus ada atau suatu pekerjaan yang harus dilakukan sebelum mengerjakan ibadah terttentu dan menentukan sah atau tidaknya ibadah tersebut. Umrah mempunyai syarat-syarat tertentu sebagaimana ibadah-ibadah lainnya sebagaimana berikut:
1. Islam
2. Baligh (Dewasa)
3. Berakal Sehat
4. Merdeka
5. Istitha’ah (Mampu):
Maksud mampu:
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Memiliki cukup biaya untuk dirinya dan keluarga yang ditinggalkannya.
c. Situasi dan kondisi memungkinkan, aman bagi dirinya dan keluarga yang ditinggalkannya dan tidak terhalang/ mendapat izin untuk perjalanan haji.

Rukun-rukun umrah
1. Berihram
Yaitu masuk kedalam ibadah umrah dengan mengucapkan:
لبيك اللهم بعمرة

‘Aku penuhi panggilanmu ya Allah dengan melaksanakan umrah.’

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

‘sesungguhnya amal itu tergantung pada niat.’

2. Melaksanakan thawaf umrah
Berdasarkan firman Allah:

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
‘’… dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (baitullah), (QS. Alhajj: 29)

3. Melaksanakan Sa’i umrah di antara bukit Shafa dan Marwah.
Berdasarkan firman Allah QS. Al baqarah: 158)

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah . Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

اسْعَوْا فَإِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ السَّعْيَ

‘Kerjakanlah Sa’i karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan Sa’i atas kalian.

4. Bertahallul dengan mencukur gundul rambut kepala atau memangkasnya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَهْدَى فَلْيَطُفْ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَلْيُقَصِّرْ وَلْيُحْلِلْ
‘Barang siapa diantara kamu yang tidak membawa binatang hadyu (korban), maka hendaklah ia melaksanakan thawaf di baitullah, Sa’i diantara Shafa dan Marwah, serta memangkas pendek (rambut kepala) nya dan bertahallul.

Wajib Umrah
Adapun yang di wajibkan dalam pelaksaan umrah adalah:
1. Ihram dari Miqat
2. Tahallul yaitu memotong pendek atau menggunduli rambut kepala lebih afdlal bagi laki laki dan cukup memotong sedikit bagian rambut bagi wanita.
3. Menjauhi larangan-larangan umrah




BAB II

MENGENAL MIQOT


Miqat adalah ketentuan waktu dan tempat yang telah ditetapkan Allah dan RasulNya untuk melaksanakan haji atau umrah.
Ada 2 macam miqat; miqat zamani (ketentuan waktu) dan miqat makani (ketentuan tempat).
a. Miqat Zamani.
Dalam ibadah umrah tidak ada ketentuan waktu pelaksanaanya. Seseorang boleh melakukan umrah kapan saja dalam sepanjang tahun atas kehendaknya.

b. Miqat Makani.
Yaitu tempat-tempat yang telah ditentukan untuk mengawali ihram bagi seseorang yang akan melaksanakan umrah atau haji. Tempat-tempat tersebut sudah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Miqat makani untuk umrah atau haji adalah sebagai berikut:
1. Dzul hulaifah
Miqat bagi penduduk Madinah dan orang-orang yang datang ke Madinah yang bukan penduduknya.
Dzul Hulaifah lebih dikenal oleh kaum awam dengan Bir ‘ali. Nama tersebut berdasarkan kisah khurafat yang batil, bahwa Ali bin Abi Thalib pernah bergulat dengan jin di sebuah sumur lalu beliau membunuh jin tersebut. Jaraknya dari Makkah 450 km.

2. Al Juhfah
Miqat bagi penduduk Syam, Maroko, Mesir dan orang-orang yang melalui jalan mereka. Sekarang berada di kota Raabigh, jaraknya dari Makkah 183 km.

3. Qarnul Manaazil,
Miqat bagi penduduk Nejed (wilayah bagian timur jazirah arab) dan orang-orang yang melalui jalan mereka. Sekarang diberi nama As Sa’il al Kabiir. Jaraknya dari Makkah 75 km.

4. Yalamlam
Miqat bagi penduduk Yaman dan orang-orang yang melalui jalan mereka. Namanya sekarang As Sa’diyyah. Jaraknya dari Makkah 92 km.

5. Dzatu ‘Irq
Miqat bagi penduduk Iraq dan orang-orang yang melalui jalan mereka. Sekarang bernama Adh Dhariibah. Jaraknya dari Makkah 94 km.



BAB III

TATA CARA UMRAH SINGKAT DAN PRAKTIS

1. Jika telah tiba di miqat, maka Anda dianjurkan mandi sebagaimana mandi junub. Demikian juga wanita yang sedang haidh atau nifas, dianjurkan mandi karena hal tersebut bukan penghalang baginya untuk melaksanakan umrah atau haji. Hanya saja ia dilarang melaksankan thawaf disekeliling ka’bah, kecuali setelah bersih dari haidh atau nifasnya.
2. Memakai pakaian ihram, bagi laki-laki berupa dua lembar kain yang satu digunakan sebagai sarung dan yang lainnya sebagai penutup badan bagian atasnya.
Pakaian ihram bagi wanita adalah pakaian wanita yang disyariatkan yang menutupi semua auratnya. Kecuali wajah dan dua telapak tangan.
3. Memakai wangi-wangian yang dikenakan pada badan seperti ketiak, jenggot, leher atau yang lainnya, tetapi tidak dikenakan pada pakaian ihram.
4. Jika Anda berangkat umrah dengan menggunakan pesawat terbang, maka Anda boleh mandi dan berpakaian ihram sejak dari rumah demi memudahkan Anda dalam perjalanan sehingga dapat bertalbiah umrah (niat umrah) dari atas pewawat ketika pesawat berada diatas miqat atau ditempat yang sejajar dengan miqat. Informasi tentang miqat bisa diperoleh dari awak pesawat.

Kota jeddah bukan miqat bagi jamaah haji atau umrah yang bertolak dari Indonesia.

- Perlu Anda ketahui bahwa miqat bagi jamaah haji atau umrah yang bertolak dari Indonesia adalah Yalamlam atau lokasi yang sejajar dengannya dan bukan Jeddah. Oleh sebab itu, jika Anda berangkat umrah dengan menggunakan pesawat terbang, maka tidak boleh Anda melewati miqat tanpa berihram. Anda harus berihram dari atas pesawat dengan bantuan informasi dari awak pesawat.
- Jika Anda pergi ke jeddah untuk suatu keperluan seperti bisnis atau tugas kenegaraan atau berobat atau silaturrahim kepada keluarga atau lainnya sementara ketika bertolak dari Indonesia atau dari suatu tempat di luar miqat, Anda tidak berniat untuk berumrah namun setelah berada disana Anda ingin umrah, maka Anda boleh berihram dari tempat tinggal sementara Anda di kota Jeddah. Karena Anda terhitung sebagai penduduk kota Jeddah. Wallahu a’lam.

5. Apabila semua persiapan umrah telah dilakukan dan Anda telah berada di miqat atau pesawat yang Anda tumpangi telah berada di atas atau mendekati miqat, maka bertalbiahlah untuk umrah sambil menghadap ke arah kiblat jika memungkinkan dengan mengucapkan:

لبيك اللهم بعمرة، اللهم هذه عمرة لَا رِيَاءَ فِيهَا وَلَا سُمْعَةَ
Lalu Anda mengucapkan persyaratan sebagai berikut:

اللَّهُمَّ مَحِلِّى حَيْثُ حَبَسْتَنِى

6. Ketika akan berihram untuk berumrah tidak ada shalat sunnah yang dikhususkan untuk umrah, tetapi bagi seorang yang miqatnya di Dzul Hulaifah (miqat bagi penduduk Madinah, yang sekarang dikenal dengan nama Bir ‘Ali), dianjurkan shalat sunnah dua rakaat di miqat tersebut, karena Dzul Hulaifah adalah bagian dari wadi (lembah) Aqiiq yang diberkahi dan Allah telah memerintahkan rasul-Nya untuk shalat disana. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

أَتَانِي اللَّيْلَةَ آتٍ مِنْ رَبِّي فَقَالَ صَلِّ فِي هَذَا الْوَادِي الْمُبَارَكِ


“Semalam telah datang kepadaku malaikat utusan rabbku, lalu ia berkata, ”Shalatlah kamu di lembah yang diberkahi ini.”

7. Jika telah mengucapkan ‘labbaikAllahumma bi umratin’ seperti pada poin ke lima di atas, berarti Anda telah masuk dalam ibadah umrah, dan sejak itu Anda tidak boleh melakukan larangan-larangan ihram.
8. Memperbanyak membaca talbiah yang dibaca oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selama perjalanan dari miqat menuju Makkah, sebagai berikut:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ , لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ ، لاَ شَرِيكَ لَكَ .

“Diantara talbiah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah ditinggalkan oleh sebagian besar kaum muslimin adalah:

لَبَّيْكَ إِلَهَ الْحَقِّ

Beberapa catatan penting seputar bacaan talbiah
- Anda boleh juga mengucapkan beberapa bacaan talbiah sperti yang pernah diucapkan sebagian sahabat dan disetujui oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu:

1/ لبيك ذا المعارج لبيك ذا الفواضل
2/ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ بِيَدَيْكَ لَبَّيْكَ وَالرَّغْبَاءُ إِلَيْكَ وَالْعَمَلُ
3/ لبيك مرغوبا و مرهوبا لبيك ذا النعماء و الفضل الحسن




- Dianjurkan mengangkat suara ketika membaca talbiah
- Wanita boleh mengangkat suara ketika talbiah selama tidak menimbulkan fitnah/godaan bagi laki-laki.
- Ketika membaca talbiah, boleh diselingi dengan membaca takbir (Allahu akbar) dan tahlil (laa ilaaha illallaah).

9. Setelah tiba di Makkah dan sebelum masuk Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah, Anda boleh beristirahat terlebih dahulu atau tidur atau duduk atau makan dan minum hingga seleSa’i hajat Anda.
10. Masuk Masjidil Haram dalam keadaan telah bersuci dari hadats besar dan hadats kecil.
Bagi wanita harus suci dari haidh dan nifas karena Anda akan melaksanakan thawah umrah. Masuklah masjid dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca, ”
اللهم صل على محمد وسلم اللهمَّ افْتَحْ لِي أبوابَ رَحْمَتِكَ

Atau membaca

أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
11. Ketika melihat ka’bah yang mulia, angkatlah kedua tangan Anda (seperti ketika berdo’a) sambil mengucapkan:

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ

Atau berdo’a dengan do’a-do’a lain yang mudah bagi Anda.

Perlu diketahui bahwa orang yang sedang berihram baik ihram untuk haji ataupun umrah, tidaklah perlu melaksanakan sholat sunnah tahiyyat masjid ketika pertama kali masuk Masjidil Haram, akan tetapi langsung melakukan thawaf, kecuali jika bertepatan dengan waktu shalat fardhu, maka Anda shalat fardhu lalu thawaf.
12. Menuju Hajar Aswad untuk memulai thawaf umrah.
Untuk mengetahui posisi yang sejajar dengan tempat terletaknya Hajar Aswad, lihatlah tAnda berupa lampu neon berwarna hijau yang terletak pada bagian atas salah satu dinding Masjidil Haram.

13. Jika telah tiba di Hajar Aswad, berhentilah membaca talbiah, kemudian kerjakanlah hal-hal dibawah ini:
- Menghadap ke Hajar Aswad, lalu mengusapnya dengan tangan kananmu, lantas menciumnya, kemudian sujudlah (sujud syukur) atas terlaksananya, sambil mengucapkan ‘Allahu Akbar’ atau ‘Bismillahi Allau Akbar’ sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Umar bin al Khattab, dan Abdullah bin Abbas. Semua itu jika memungkinkan.
- Jika tidak mungkin menciumnya, maka cukup mengusapnya dengan tangan yang digunakan untuk mengusapnya dan janganlah Anda mendesak/mendorong apalagi menyakiti kaum muslimin, hanya karena ingin menciumnya. Sebab mencium Hajar Aswad hukumnya sunnah, sedangkan menyakiti kaum muslimin hukumnya haram.
- Jika tidak mungkin mengusapnya karena desakan banyak orang, maka berilah isyarat kepadanya dengan tangan kananmu sambil mengucapkan ‘ Allahu Akbar’ atau ‘Bismillah Allahu Akbar’ dan tidak perlu mencium tangan yang memberi isyarat kepadanya.
- Hal tersebut di atas dilakukan pada setiap putaran thawaf.

14. Kemudian Anda melakukan thawaf umrah, mengelilingi ka’bah tujuh kali dengan menjadikan ka’bah berada di sebelah kirimu. Satu putaran terhitung mulai dari Hajar Aswad hingga kembali ke Hajar Aswad lagi.
15. Ketika melakukan thawaf umrah ini, Anda (khususnya laki-laki) dianjurkan untuk melakukan hal-hal dibawah ini:
- Beridhthiba, yaitu memasukkan salah satu sisi kain ihram dari bawah ketiak yang kanan lalu meletakkan ujungnya diatas pundah yang kiri. Dengan demikian, pundak kanan terbuka dan pundak kiri tertutup.
- Berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama dan berjalan biasa pada empat putaran terakhir.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sedang thawaf:
- Mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani pada setiap putaran thawaf, jika hal itu memungkinkan. Terhadap Hajar Aswad, hendaknya Anda mengusapnya lalu menciumnya, jika tidak dapat mengusap dan menciumnya, cukup mengusapnya dengan tangan lalu mencium tangan yang digunakan untuk mengusapnya dan seterusnya, seperti yang telah dijelaskan secara rinci diatas.
Terhadap Rukun Yamani, jika kondisi memungkinkan, maka Anda cukup mengusapnya saja tanpa mengucapkan ‘Allahu akbar’ atau bismillah’.
- Ketika berjalan dari Rukum Yamani ke Hajar Aswad pada setiap putaran thawaf, dianjurkan membaca:

رَبِّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

- Anda tidak perlu mengusap dua rukun (sudut) ka’bah yang lain karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengusap kecuali Hajar Aswad dan Rukun Yamani.
- Jika kondisi memungkinkan dan Anda hendak beriltizam di multazam, maka hal itu termasuk yang disyariatkan karena telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwasanya beliau melakukannya ketika thawaf.
- Boleh juga dilakukan setelah thawaf, lihat catatan kaki
- Ketika thawaf, tidak ada bacaan, wirid atau dzikir tertentu akan tetapi Anda dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir mengingat Allah. Anda boleh berdo’a, membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, membaca al quran atau yang lainnya.
- Jika wudhu Anda batal ketika sedang thawaf, maka segeralah berwudhu lalu ulangi putaran thawaf dimana wudhu Anda batal padanya tanpa harus mengulangi dari putaran pertama. Misalnya wudhu Anda batal pada putaran ke empat, maka setelah berwudhu Anda hanya mengulangi putaran yang ke empat tersebut lalu lanjutkan thawaf Anda hingga seleSa’i.
- Jika Anda sedang thawaf lalu dikumAndangkan iqamat untuk shalat fardhu, maka shalatlah bersama imam Masjidil Haram, lalu lanjutkan thawaf Anda dari tempat shalat Anda.
- Jika Anda ragu jumlah putaran thawaf yang telah Anda kerjakan, apakah tiga putaran atau empat, maka ambillah bilangan yang terkecil, yaitu tiga, lalu lanjutkan hingga seleSa’i.
- Pada akhir thawaf (akhir putaran ke tujuh) ketika Anda telah tiba kembali di Hajar Aswad, Anda tidak lagi mengusap Hajar Aswad dan tidak pula mengangkat tangan memberi isyarat kepadanya.
16. Setelah melaksanakan thawaf, tutuplah kedua pundak Anda lalu menuju ke Maqam Ibrahim sambil membaca:

وَاتَّخِذُواْ مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى

Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat
QS. Albaqarah: 125

17. Kerjakanlah shalat sunnah ba’da thawaf, dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim jika memungkinkan. Namun jika tempat tersebut dipenhui oleh orang-orang yang shalat, maka shalatlah di mana saja Anda mendapatkan tempat di Masjidil Haram.
18. Dianjurkan pada shalat tersebut pada rakaat pertama setelah membaca surat alfatihah, membaca surat alkafiruun.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ.....

Dan membaca surat al Ikhlas pada rakaat yang kedua setelah membaca surat al Fatihah.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ...

19. Setelah shalat dua rakaat, dianjurkan minum air Zamzam dan dianjurkan pula menuangkannya ke atas kepala sambil berdo’a dengan do’a Abdullah bin Abbas ketika beliau minum air Zamzam sebagai berikut:

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا وَاسِعًا، وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ

”Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, rizki yang luas dan penawar bagi semua penyakit.

Boleh juga ketika meminumnya, Anda menghadirkan niat (permohonan) yang baik berupa kebaikan di dunia dan akhirat, seperti; ilmu yang bermanfaat, amal shalih, rizki yang halal, khusnul khatimah, wafat dalam keadaan beriman dan lainnya.

20. Setelah minum air Zamzam dan sebelum melaksanakan sa’I umrah, dianjurkan kembali ke Hajar Aswad untuk mengusap dan menciumnya, jika tidak mampu, maka cukup memberi isyarat kepadanya dengan tangan sambil membaca ‘Allahu akbar’ atau ‘bismillah Allahu Akbar.”
21. Menuju Shafa untuk melaksanakan sa’I diantara Shafa dan Marwah, ketika telah dekat dengan bukit Shafa, bacalah ayat di bawah ini:
QS. Albaqarah: 158

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَن تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah . Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.

Lalu mengucapkan:

أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ
22. Naiklah ke bukit Shafa hingga Anda dapat melihat ka’bah, jika hal itu memungkinkan, lalu menghadaplah ke arahnya dan bacalah dzikir dibawah ini:

الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ

23. Setelah membaca dzikir di atas, berdo’alah yang panjang sambil mengangkat kedua tangan Anda, memohon kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat.
24. Setelah berdo’a, ulangi lagi membaca dzikir ini:

الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ


25. Berdo’a sekali lagi.
26. Ulangi lagi membaca dzikir ini:

الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ

27. Setelah membaca dzikir tersebut, dengan tanpa berdo’a lagi, Anda langsung turun dari bukit Shafa berjalan menuju Marwah dan sambil berjalan, perbanyaklah dzikir kepda Allah atau berdo’a dengan do’a-do’a yang ma’tsur (yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya) atau yang lainnya. Boleh juga Anda membaca al Qur’an.
28. Bagi laki-laki dianjurkan berlari-lari kecil dengan cepat dan sungguh-sungguh ketika berada di tengah lembah yang diberi dua tanda berwarna hijau, baik ketika berjalan menuju Marwah atau dari Marwah menuju Shafa.
29. Ketika berlari di antara dua tanda tersebut dianjurkan membaca do’a yang dibaca oleh Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Umar.

رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ تَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ ، إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَجَلُّ الْأَكْرَمُ

30. Jika tiba di Marwah, kerjakanlah seperti apa yang dikerjakan di Shafa, Anda menaiki bukit Marwah, sambil menghadap ke arah kiblat bacalah dzikir ini:

الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ

31. Setelah membaca dzikir diatas, berdo’alah yang panjang sambil mengangkat kedua tangan Anda, memohon kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat. Kemudian, membaca dzikir tersebut, lalu berdo’a lantas baca lagi dzikir tersebut, kemudian turun berjalan menuju Shafa.
Perlu diketahui, bahwa perjalanan dari Shafa ke Marwah terhitung satu Sa’i dan dari Marwah ke Shafa terhitung satu sa’I.
32. Kerjakanlah sa’I sebanyak tujuh kali antara Shafa dan Marwah hingga berakhir di Marwah. Sesudah itu, Anda langsung keluar dan tidak lagi berdiri menghadap kiblat, membaca dzikir dan berdo’a.
33. Setelah mengerjakan sa’I, lalu bertahallul bagi laki-laki, dengan mncukur gundul rambut kepala, atau memotong pendek yang mencakup seluruh bagian kepala. Adapun, yang dikerjakan oleh sebagianorang yang bertahallul dengan mengambil sedikit dari rambut mereka dan tidak seluruhnya, maka perbuatan tersebut tidak ada dasranya dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
34. Tahallul bagi wanita, yaitu dengan mengumpulkan rambutnya lalu memotongnya sepanjang satu ruas jari.
35. Bagi laki-laki, lebih afdhal mencukur gundul rambut kepalanya ketika umrah biasa (bukan umrah tamattu’) karena orang yang mencukur gundul, akan memperoleh do’a Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tiga kali. Namun, bagi orang yang hanya memotong pendek rambutnya, meperoleh do’a beliau hanya sekali.
Dengan mencukur gundul rambut kepala atau memotong pendek (tahallul), berarti selesailah kegiatan ibadah umrah, Anda yang sebelumnya dilarang mengerjakannya ketika dalam keadaan berihram.


BAB IV
RINGKASAN AMALAN UMRAH

1. Mandi, menggunakan ihram, dan memakai wangi-wangian sebelum berihram (termasuk ibadah umrah).
2. Berihram (dengan mengucapkan; ‘labbaikAllahumma bi umratin’ dimulai dari miqat bagi jmaah yang datang dari luar lokasi miqat.
3. Memperbanyak membaca talbiah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan cara mengeraskan suara.
4. Thawaf umrah dengan mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali sambil beridhthiba’ bagi laki-laki.
5. Berlari-lari kecil pada 3 putaran pertama thawaf umrah, juga bagi laki-laki.
6. Membaca ‘Allahu akbar’ atau ‘Bismillahi Allahu akbar’ ketika di Hajar Aswad.
7. Mencium atau mengusap Hajar Aswad dan mengusap Rukun Yamani pada setiap putaran thawaf, jika memungkinkan.
8. Shalat dua rakaat setelah thawaf di belakang Maqam Ibrahim seteleh membaca surat al fatihah dengan membaca surat al kafiruun pada rakaat pertama.
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ..

Dan membaca surat alikhlas pada rakaat yang kedua setelah surat alfatihah.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ...

9. Meminum air Zamzam lalu menuangkannya diatas kepala.
10. Kembali ke Hajar Aswad untuk mencium atau mengusapnya.
11. Berdiri diatas bukit Shafa dengan menghadap kiblat sambil membaca dzikir dan do’a
12. Sa’I di antara Shafa dan Marwah tujuh kali.
13. Berdiri di atas bukit Marwah dengan menghadap kiblat sambil membaca dzikir dan berdo’a seperti yang dikerjakan di Shafa.
14. Mengakhiri sa’I (putaran yang ke tujuh di Marwah)
15. Bertahallul dari ihram dengan mencukur gundul rambut kepala atau memotong pendek. Wallahu a’lam.


BAB V
LARANGAN LARANGAN UMRAH

- Bagi Pria Dilarang:
1. Memakai pakaian biasa,atau sesuatu yang berjahit seperti baju,celana dalam atau luar,kaos,sarung tangan atau kaos kaki. sedangkan memakai sandal, jam tangan, sabuk yang berjahit adalah boleh.
2. Memakai sepatu yang menutupi mata kaki
3. MenutupI kepala atau muka dengan sesuatu yang melekat seperti: peci,surban,dan yang semisalnya. Adapun berteduh dengan payung,kemah,atau mobil adalah boleh. Demikian pula boleh membawa barang barang dengan kepala jika memang tujuannya bukan untuk menutupi kepala.

- Bagi Wanita Dilarang:
1. Memakai kaos tangan
2. Menutup muka (memakai cadar),Hanya saja jika mereka berada disekitar kaum pria yang bukan mahramnya, maka mereka wajib untuk menutup wajahnya dengan yang selain niqab dan sarung tangan. Mereka dapat menutupnya dengan kerudung dan memasukkan tangannya kedalam pakaian lebarnya.

- Larangan selama ihram bagi pria dan wanita adalah:
1. Memakai wangi-wangian, kecuali yang sudah pakai sebelum ihram
2. Memotong kuku dan mencukur atau mencabut rambut badan.
3. Memburu atau menganiaya/ membunuh binatang dengan cara apapun (kecuali binatang yang membahayakan boleh dibunuh)
4. Kawin, mengawinkan atau meminang wanita untuk dinikahi
5. Bersetubuh(jima')
6. Mencaci, bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor
7. Memotong pepohonan di tanah haram (baik dalam keadaan ihram maupun tidak)
8. Bersentuhan dengan wanita yang bukan mahramnya disertai dengan nafsu syahwat.
9. Mengeluarkan mani,baik dengan tangan(onani) atau dengan bersentuhan,atau dengan cara lain.

PELANGGAR LARANGAN UMRAH,ada tiga kelompok:
1. Orang yang melanggar dengan tanpa udzur.
maka dia berdosa dan wajib membayar denda yaitu mengerjakan salah satu diantaranya: menyembelih seekor kambing tanpa memakannya sedikitpun daging nya,memberi makan 6 orang miskin dengan 1,5kg bagi setiap orangnya,atau berpuasa selama 3 hari.

2. Orang yang melanggar larangan dengan sebab kepentingan, seperti orang yang memotong rambut karena ditimpa penyakit,maka dia boleh melakukannya tanpa berdosa,namun tetap wajib membayar denda.
3. Orang yang melanggar karena udzur syar'i,seperti: dalam keadaan tidur,tak tahu atau dipaksa oleh orang lain. Maka dia tidak berdosa dan tidak terkena sanksi pembayaran denda.

PEMBAYARAN DAM DALAM IBADAH UMRAH
Dam menurut bahasa artinya darah, sedangkan menurut istilah adalah mengalirkan darah (menyembelih ternak, yaitu: kambing, unta dan sapi) dalam rangka memenuhi ketentuan manasik haji atau umrah.
Pembayaran Dam Dalam Ibadah Umrah
1. Bila dengan sengaja melanggar larangan ihram, seperti mencukur rambut, memotong kuku, memakai wangi-wangian, memakai pakaian biasa bagi laki-laki, menutup muka atau memakai sarung tangan bagi wanita, boleh memilih salah satu dari ketentuan berikut: 1. menyembelih seekor kambing 2. membayar fidyah; bersedekah kepada 6 orang miskin masing-masing ½ sha’ (2 mud; 1 ½ kg) berupa makanan pokok 3. berpuasa 3 hari.
2. Bila melanggar larangan membunuh hewan buruan wajib membayar dengan makanan pokok seharga binatang tersebut. Bila benar-benar tidak mampu, harus diganti dengan puasa dengan perbandingan 1 hari=1 mud makanan (3/4 kg beras).
3. Bila melanggar larangan bersetubuh dengan suami/ istri sebelum tahallul, maka harus bayar kifarat seekor unta, apabila tidak sanggup maka harus menyembelih sapi, bila tidak mampu menyembelih 7 ekor kambing, apabila tidak mampu memberi makan seharga unta kepada fakir miskin di tanah haram, kalau juga tidak mampu berpuasa dengan hitungan 1 hari untuk setiap mud dari harga unta. Pelanggaran sebelum tahallul menyebabkan umrahnya tidak sah dan harus membayar kafarah.

BAB VI
AMALAN-AMALAN YANG MEMILIKI FADHILAH BESAR

1. Memelihara shalat lima waktu secara berjamaah di Masjidil Haram, karena satu shalat di Masjidil Haram sama dengan 100 ribu shalat di masjid-masjid yang lain, kecuali di Masjid Nabawi.

صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إلاَ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
‘Dari Jabir ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Satu shalat di masjidku lebih afdhal dari seribu shalat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram, dan satu shalat di Masjidil Haram lebih afdhal dari 100 ribu shalat di masjid yang lain.”

2. Memperbanyak mengerjakan thawaf tathawwu’ (thawaf sunnah) selama berada di Makkah, karena ibadah thawaf tidak terdapat di tempat lain, dan setiap selesai thawaf tujuh putaran, Anda shalat sunnah ba’da thawaf dua rakaat.

الطواف حول البيت مثل الصلاة الا انكم تتكلمون فيه فمن تكلم فيه فلا يتكلمن الا بخير

‘Thawaf mengelilingi Baitullah sama dengan shalat, hanya saja, kamu boleh berbicara padanya, oleh sebab itu , barang siapa yang ingin berbicara, janganlah sekali-kali berbicara kecuali yang baik.”

3. Mengerjakan shalat shubuh di Masjidil Haram, lalu duduk (di tempat shalatnya) sambil berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit. Jika matahari telah naik setinggi tombak, Anda mengerjakan sholat sunnah dhuha dua rakaat.
Orang yang mengerjakan amalan ini dengan ikhlas akan mendapat pahala yang besarnya sama dengan pahala umrah. Perlu diketahui, bahwa amalan ini tidak hanya berlaku di masjdil haram, akan tetapi juga di masjid-masjid yang lain di manapun berada, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ، ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ "، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ (: " تَامَّةٍ، تَامَّةٍ، تَامَّةٍ

“Brang siapa shalat Subuh secara berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia shalat dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah. Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saw bersabda, “Sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya.”


BAB VI
TIDAK MENGERJAKAN UMRAH BERULANG-ULANG
DALAM SATU PERJALANAN KE MAKKAH

Setiap orang yang pergi ke Makkah untuk melaksanakan umrah/haji, akan menjumpai suatu hal yang dikerjakan oleh sebagian kaum muslimin, yaitu mengerjakan umrah secara berulang-ulang setelah mengerjakan umrah mereka yang pertama. Diantara mereka ada yang mengerjakannya dari Tan’im (masjid ‘Aisyah) dan ada juga yang mengerjakannya dari Ji’raanah.

Perlu kami jelaskan disini, bahwa apa yang dikerjakan oleh sebagian saudara-saudara kita tersebut, pada hakekatnya tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat beliau serta para ulama salaf pendahulu kita yang shalih. Bahkan diantara mereka ada yang melarangnya (memakruhkannya). Thawus, salah seorang murid besar Abdulah bin Abbas berkata tentang mereka yang berumrah dari Tan’im:

الذين يعتمرون من التنعيم ما ادرى أيؤجرون عليها ام يعذبون؟

“Orang yang mengerjakan umrah dari Tan’im, aku tidak mengetahui, apakah mereka diberi pahala atas umrahnya atau diadzab.’
Ditanyakan kepada beliau, “mengapa diadzab?” Beliau menjawab:
لأنه يدع الطواف بالبيت و يخرج الى اربعة اميال و يجىء و الى ان يجىء من اربعة اميال (يكون) قد طاف مائتى طواف، وكلما طاف بالبيت كان افضل من ان يمشي فى غير شيئ

‘Karena ia meninggalkan thawaf di baitullah dan keluar ke tempat berjarak sejauh Empat mil dan hingga ia datang dari jarak empat mil tersebut (jarak yang ditempuhnya itu sama dengan) thawaf 200 kali. Dan jika setiap ia thawaf di baitullah, tentunya lebih afdhal dari pada berjalan tanpa berbuat sesuatu.”

Pendapat ini disetujui oleh imam ahmad bin hanbal.
Atha bin as Sa’ib berkata, ”Kami pernah mengerjakan umrah setelah melaksanakan haji, maka kami dicela oleh Sa’id bin Jubair.”

Ibnu Qayyim al Juziyyah berkata,”Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seumur hidupnya, tidak pernah mengerjakan umrah dengan cara keluar dari kota Makkah sebagaimana yang dilakukan oleh banyak orang di zaman ini. Akan tetapi, umrah beliau semuanya adalah dengan sengaja memasuki kota Makkah.

Jika ada yang bertanya, bagaimana dengan umrah yang dikerjakan oleh ummul mukminin, ‘Aisyah dari Tan’im atas perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?

Dengan memohon pertolongan Allah, saya (penyusun) mengatakan, ”Kita harus meMahami kisah sebenarnya yang terjadi pada diri ‘Aisyah.
Ketika ‘Aisyah melaksanakan haji bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada haji wada’, tatkala tiba di sebuah tempat dekat kota Makkah bernama Sarifa, beliau haidh, oleh karena itu tidak mungkin menyempurnakan umrah tamattu’nya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkannya untuk berihlal haji dan melakukan semua yang dikerjakan oleh jamaah haji kecuali thawaf di baitullah dan shalat. Kedua amalan tersebut tidak boleh dikerjakan kecuali setelah bersih dan suci dari haidh.

Apa yang diperintahkan Rasulullah dikerjakan oleh ‘Aisyah. Setelah suci dari haidhnya, beliau thawaf di baitullah dan sa’I di antara Shafa dan Marwah sehingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepadanya, “

قَدْ حَلَلْتِ مِنْ حَجِّكِ وَعُمْرَتِكِ جَمِيعًا ». فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى أَجِدُ فِى نَفْسِى أَنِّى لَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ حَتَّى حَجَجْتُ ، وذلك يوم النفر، فأبت، وقالت: أَيَرْجِعُ النَّاسُ بِأَجْرَيْنِ وَأَرْجِعُ بِأَجْرٍ؟ و فى رواية عنها: يصدر الناس بنسكين و اصدر بنسك واحد؟


“Engkau telah tahallul dari haji dan umrahmu semua, ‘‘Aisyah berkata, “wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwasanya aku merasakan sesuatu dalam diriku, bahwa aku tidak thawaf di baitullah sehingga aku mengerjakan haji. Ketika itu adalah hari pulangnya (jamaah haji), maka ‘Aisyah pun enggan lalu bertanya, “Apakah orang-orang pulang dengan meraih dua pahala sedangkan aku pulang dengan satu pahala?’ pada redaksi yang lain ia berkata, “Orang-orang pulang dengan dua nusuk (ibadah) dan aku dengan satu nusuk?”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah seorang yang mempermudah dan jika ‘Aisyah ingin sesuatu, maka beliau turuti. Maka, beliaupun menyuruh Abdurrahman untuk menghantar ‘Aisyah ke Tan’im. Sebagaimana dalam riwayat di bawah ini:

يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ أَرْدِفْ أُخْتَكَ عَائِشَةَ فَأَعْمِرْهَا مِنَ التَّنْعِيمِ فَإِذَا هَبَطْتَ بِهَا مِنَ الأَكَمَةِ فَلْتُحْرِمْ فَإِنَّهَا عُمْرَةٌ مُتَقَبَّلَةٌ

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepada Abdurrahman, “Wahai Abdurrahman antarkanlah saudaramu ‘Aisyah, lalu biarkanlah dia umrah dari Tan’im, jika Engkau telah turun dengannya dari bukit, maka suruhlah ia berihram, karena sesungguhnya itu adalah umrah yang diterima.”

Dari beberapa penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa ‘Aisyah melaksanakan umrah setelah haji dari Tan’im atas perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai ganti bagi umrah tamattu’ yang tidak sempat dikerjakannya karena beliau haidh. Jadi jelaslah bahwa umrah yang dikerjakan setelah haji adalah umrah yang khusus untuk wanita haidh yang tidak sempat mengerjakan umrah tamattu’.

Ibnul Qoyyim berkata, “Dari semua yang hadir bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tidak ada seorangpun yang mengerjakan umrah tersebut di zaman beliau, kecuali ‘Aisyah.

Bahkan Abdurrahman bin Abu Bakar yang menghantar ‘Aisyah ke Tan’im, tidak mengerjakan umrah. Sekiranya umrah tersebut baik dan afdhal tentunya Abdurrahman ikut mengerjakannya.

Dalam masalah ini, al Albani berkata, “Dengan demikian, jelaslah bagi Anda bahwa umrah tersebut khusus untuk wanita haidh yang tidak sempat melaksanakan umrah tamattu’ dan tidak disyariatkan bagi para wanita yang suci, apalagi bagi laki-laki.

Adab ziarah ke Madinah al Munawwarah
a. Keutamaan kota Madinah.
- Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadikannya sebagai kota suci dan mendo’akannya.
Beliau bersabda,”

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَدَعَا لِأَهْلِهَا, وَإِنِّي حَرَّمْتُ اَلْمَدِينَةَ كَمَا حَرَّمَ إِبْرَاهِيمُ مَكَّةَ، وَإِنِّي دَعَوْتُ فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا بِمِثْلَيْ مَا دَعَا إِبْرَاهِيمُ لِأَهْلِ مَكَّةَ

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Ibrahim telah menjadikan Makkah sebagai tanah haram (suci) dan mendo’akan bagi penduduknya dan bahwasanya aku pun menjadikan Madinah sebagai tanah haram sebagaimana yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Ibrahim terhadap Makkah, dan sesungguhnya aku mendo’akan sha’ dan mudnya agar dilipat gandakan dua kali melebihi apa yang dido’akan Ibrahim untuk penduduk Makkah.

- Kota madinah dijaga oleh para malaikat dan tidak akan dimasuki oleh Dajjal serta tidak akan tertimpa penyakit yang mewabah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلَائِكَةٌ لَا يَدْخُلُهَا الدَّجَّالُ وَلَا الطَّاعُونُ


“Di atas jalan-jalan kota Madinah ada para malaikat, (Madinah) tidak akan dimasuki penyakit tha’un dan tidak pula dimasuki Dajjal.

- Madinah menyeleksi penduduknya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

ألا إن المدينة كالكير تخرج الخبيث لَا تَقُوم السَّاعَة حَتَّى تَنْفِي الْمَدِينَة شِرَارهَا كَمَا يَنْفِي الْكِير خَبَث الْحَدِيد


‘Ketahuilah, bahwasanya Madinah ibarat alat pandai besi, ia akan mengeluarkan (orang) yang jelek, tidak akan terjadi hari kiamat hingga Madinah melenyapkan orang-orang jahatnya sebagaimana alat pandai besi menghilangkan kotoran besi. “

- Madinah memiliki Masjid Nabawi yang mempunyai banyak keutamaan. Diantara keutamaan Masjid Nabawi adalah sebagai berikut:
1. Masjid kedua termulia setelah Masjidil Haram yang dibolehkan menziarahinya dengan tujuan ibadah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلا إِلَى ثَلاثَةِ مَسَاجِدٍ : الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، وَمَسْجِدِي هَذَا ، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى


“Tidak boleh bepergian untuk (ziarah dalam rangka ibadah) kecuali ke tiga masjid; Masjidil Haram, Masjid Rasul dan Masjid al Aqsha.”

2. Satu shalat di Masjid Nabawi lebih baik dari seribu shalat di masjid yang lain kecuali Masjdil Haram.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ ، إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Satu shalat di Masjidku lebih afdhal dari pada seribu shalat di masjid yang lain, kecuali Masjidil Haram.”

3. Di Masjid Nabawi, ada sebuah lokasi yang namanya Raudhah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saw bersabda:

مَا بَيْنَ مِنْبَرِى وَبَيْتِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

“Diantara rumahku dan mimbarku ada sebuah taman dari taman-taman surga.”


b. Tempat-tempat yang disunnahkan untuk diziarahi.
1. Masjid Nabawi, yaitu untuk melaksanakan shalat di sana.
2. Makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan kedua sahabat beliau, Abu Bakar ash Shiddiq dan Umar bin al Khattab, untuk mengucapkan salam kepada beliau dan kedua sahabatnya.
3. Kuburan kaum muslimin di Baqi, untuk mengucapkan salam dan mendo’akan mereka.
4. Kuburan para syuhada Uhud, untuk mengucapkan salam dan mendo’akan mereka.
Ucapan salam ketika berziarah ke kuburan kaum muslimin secara umum di manapun berada, termasuk di Baqi dan Uhud adalah sebagai berikut:

السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بَكُمْ للاَحِقُونَ

5. Masjid Quba, untuk melaksanakan shalat disana, berdasarkan hadits Abdullah bin Umar,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْتِى مَسْجِدَ قُبَاءٍ رَاكِبًا وَمَاشِيًا زَادَ ابْنُ نُمَيْرٍ فِى رِوَايَتِهِ : فَيُصَلِّى فِيهِ رَكْعَتَيْنِ

“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendatangi masjid Quba dengan berkendaraan dan juga berjalan kaki, lalu beliau shalat disana dua rakaat.

Dalam hadits yang lain beliau bersabda:

من تطهر فى بيته ثم اتى مسجد قباء فصلى فيه صلاة كان له كأجر عمرة

“Barang siapa berwudhu di rumah (penginapan) nya, kemudian ia dating ke majid Quba’ lalu shalat disana, maka baginya sama dengan pahala umrah.”

c. Adab berziarah ke Masjid Nabawi
1. Masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca do’a:
اللهم صل على محمد و سلم اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Atau membaca:

اعوذ بالله العظيم و بوجهه الكريم و سلطانه القديم من الشيطان الرجيم

2. Mengerjakan shalat sunnah tahiyyatul masjid dua rakaat ketika tiba dimasjid, kecuali apabila kaum muslimin sedang mengerjakan shalat wajib, maka kerjakanlah shalat bersama mereka.
3. Menghindari dari mengerjakan shalat dan berdo’a di tempat yang langsung menghadap ke makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
4. Menuju ke kuburan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan kedua sahabat beliau lalu mengucapkan salam:

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ ورحمة الله وبركاته

Kemudian kepada Abu Bakar ash Shiddiq:

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ

Kemudian kepada Umar bin al Khattab:
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يا عمر

5. Ketika berada di kuburan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam jangan meletakkan kedua tangan di atas dada (seperti orang yang sedang shalat), atau mengangguk-anggukkan kepala, atau bersikap menghinakan diri dihadapan beliau, atau beristighatsah yang semua itu adalah hak Allah semata.
6. Tidak berbicara dengan keras.
7. Senantiasa melaksanakan shalat lima waktu dimasjid beliau tanpa terikat pada bilangan tertentu. Hadits tentang shalat arba’iin di masjid beliau adalah hadits yang lemah. Hadits tersebut berbunyi:
من صلى فى مسجدى اربعين صلاة لا يفوته صلاة كتبت له براءة من النار و نجاة من العذاب وبرئ من النفاق

“Barang siapa shalat di masjidku 40 shalat tidak tertinggal satu shalatpun, maka dicatat baginya bebas dari neraka, keselamatan dari adzab, dan terlepas dari kemunafikan.”
8. Apabila ke luar dari Masjid Nabawi, tidak dibenarkan berjalan sambil mundur ke belakang, akan tetapi keluarlah seperti biasa Anda keluar dari masjid-masjid yang lain, yaitu dengan mendahulukan kaki kiri sambil membaca do’a keluar masjid. Wallalahu a’lam.

BAB VII
KUMPULAN DO’A DARI ALQUR’AN DAN ASSUNNAH
a. Do’a-do’a dari al Quran
1. Do’a memohon ampunan dari perbuatan kezhaliman/dosa
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. QS . al a’raf: 23
رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku" Qs. Al qashash: 16
ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". Qs. Ali imran: 147
لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." Qs. Al anbiya: 87

2. Do’a mohon ampunan dan rahmat Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. Qs. Al mukminun: 109
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." Qs. Albaqarah : 286
رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," Qs. Ali imran: 16
رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
"Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik." Qs. Al mu’minun: 118
رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." Qs. Ali imran: 193-194

3. Do’a mohon dianugerahi anak/keturunan
رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْداً وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
"Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik . Qs. Alanbiya: 89

4. Do’a mohon keluarga dan keturunan yang baik dan shalih

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Qs. Alfurqan: 74
رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء
"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a". Qs. Ali imran: 38

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". Qs. Al ahqaf: 15
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Qs. Ash shaffat: 100

ربِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku. Qs. Ibrahim: 40
رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Qs. Ibrahim: 35

5. Do’a mohon ampunan bagi kedua orang tua dan saudara-saudara seiman
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". Qs. Ibrahim: 41
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِناً وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَاراً
Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". Qs. Nuh: 28
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحيمٌ
"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." Qs. Al hasyr: 10

6. Do’a mohon perlindungan dari kaum yang zhalim
رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu". Qs. Al qhashash: 21
رَبِّ انصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ
"Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu". Qs. Al ankabut: 30
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Kepada Allahlah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang'zalim.
Dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir."
Qs. Yunus: 85-86

7. Do’a mohon kebaikan dunia dan akhirat serta berlindung dari adzab neraka

رَبِّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

8. Do’a mohon ketetapan hati di atas petunjuk Allah dan hidayah dalam segala urusan

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". Qs. Ali imran: 8
رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً
"Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Qs. Al kahfi: 10

9. Do’a mohon agar senantiasa bersyukur dan beramal shalih

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" Qs. An naml: 19
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". Qs. Al ahqaaf: 15

10. Do’a mohon perlindungan dari godaan dan bisikan syaithan yang terkutuk

وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ
"Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.
Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." Qs. Al mu’minun: 97-98

11. Do’a mohon dikumpulkan bersama kaum mukminin yang shalih para pewaris surga.

رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ
وَاجْعَلْنِي مِن وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ
"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.
Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh keni'matan.
وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ
Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. Qs. Asy syu’ara: 83-85 dan 87

12. Do’a-do’a lain dari al quranul karim

رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali." Qs. Al mumtahanah: 4
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku. Qs. Thaha: 25-28
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Qs. Albaqarah: 127-128


b. Beberapa do’a/dzikir dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
1. Sayyidul istighfar (penghulu istighfar)

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، وَأَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ.

“Ya Allah Engkau Rabbku, tiada ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Engkau, Engkau telah menciptakan aku dan aku hambaMu. Aku berada di atas perjanjian dan janjiMu semampuku. Aku mohon perlindungan kepadaMu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan aku mengakui (perbuatan) dosaku, maka ampunilah aku karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.

2. Do’a yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Abu Bakar ash Shiddiq.

اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا ، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Ya Allah sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku dengan kezhaliman yang banyak dan tiada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisiMu dan kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau Maha pengampun lagi Maha penyayang.”

3. Do’a mohon perlindungan dari sifat yang buruk.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kesusahan, kesedihan, keleMahan, kemalasan, keikhlasan, dan sifat pengecut serta terlilit hutang dan penindasan oleh sekelompok orang.”

4. Anjuran memperbanyak istighfar dan taubat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّي لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, bahwasanya aku benar-benar memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadanya sehari lebih dari 70 kali.”

5. Do’a yang paling banyak dibaca Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
رَبِّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah, berikanlah kami di dunia ini kebaikan dan di akhirat kebaikan serta peliharalah kami dari siksa neraka.”

6. Do’a mohon perlindungan dari kepikunan, fitnah (ujian) dunia dan adzab kubur.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari sifat kikir, aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut, aku berlindung kepadaMu (dari) dikembalikannya aku kepada usia yang menjadikan aku pikun, aku berlindung kepadaMu dari fitnah (ujian) dunia ini dan aku berlindung kepadaMu dari adzab kubur.”

7. Do’a mohon perlindungan dari berbagai macam fitnah (ujian) dan pengampunan dosa.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ النَّارِ، وَعَذَابِ النَّارِ، وَفِتْنَةِ الْقَبْرِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، وَشَرِّ فِتْنَةِ الْغِنَى، وَشَرِّ فِتْنَةِ الْفَقْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ قَلْبِي بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّ قَلْبِي مِنَ الْخَطَايَا، كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ، وَالْمَأْثَمِ، وَالْمَغْرَمِ

‘ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari fitnah neraka dan siksaan neraka, dari fitnah kubur dan siksaan kubur, dari keburukanfitnah kekayaan dan keburukan fitnah kefakiran dan aku berlindung kepada Engkau dari keburukan fitnah dajjal. Ya Allah, bersihkanlah dosa-dosaku dengan air salju dan embun, bersihkanlah hatiku dari dosa-dosa sebagaimana Engkau bersihkan pakaian yang putih dari noda dan jauhkanlah antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kemalasan, tua renta (yang menyebabkan kepikunan), dosa dan hutang.

8. Do’a ketika berada dalam keadaan yang menyulitkan

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، رَبُّ السَّموَاتِ، وَرَبُّ الأَرْضِ، وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah yang Maha agung lagi Maha penyantun, tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah rabb pemilik ‘arsy yang Maha agung, tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah rabb langit dan bumi dan rabb pemilik ‘arys yang mulia.

9. Diantara kaifyyah/cara mengucapkan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saw.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْت عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ ، إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah berikanlah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah member berkah kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia.


10. Di antara do’a-do’a yang selalu dibaca Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي كُلِّهِ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطَايَايَ وَعَمْدِي، وَجَهْلِي وَهَزْلِي، وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


“Ya Rabbku, ampunilah dosaku dan kejahilanku serta tindakan berlebihanku dalam semua urusanku dan atas apa yang Engkau lebih mengetahuinya dari pada aku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, tindakan kesengajaanku, kebodohan dan senda gurauku, semua itu ada padaku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang terdahulu, yang kemudian, yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, serta atas apa yang Engkau lebih mengetahuinya dari padaku. Engkaulah yang mendahulukan, Engkaulah yang mengakhirkan dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَلِمْتُ وَمِنْ شَرِّ ما عملت ومن شر مَا لَمْ أَعمل
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kejahatan apa yang telah aku kerjakan dan dari kejahatan apa yang belum aku kerjakan.”

اللهم إنى اسألك المعافاة فى الدنيا و الاخرة
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu keselamatan di dunia dan akhirat.”

اللَّهُمَّ أصْلِحْ لِي دِيني الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أمْرِي ، وأصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتي فِيهَا مَعَاشِي ، وأصْلِحْ لِي آخِرتِي الَّتي فِيهَا مَعَادي ، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لِي في كُلِّ خَيْرٍ ، وَاجْعَلِ المَوتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang merupakan pemelihara bagi urusanku, peliharalah duniaku yang menjadi tempat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku, jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala keburukan.

اللهم انى اسألك الهدى و التقى و العفاف و الغنى
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu petunjuk, ketakwaan, kehormatan diri dan kecukupan.”

اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ ، وَبِكَ آمَنْتُ ، وَعَليْك تَوَكَّلْتُ ، وَإِلَيْكَ أنَبْتُ ، وَبِكَ خَاصَمْتُ. اللَّهُمَّ أعُوذُ بعزَّتِكَ؛ لا إلهَ إلاَّ أَنْتَ أنْ تُضلَّني، أَنْتَ الحَيُّ الَّذِي لاَ تَمُوتُ، وَالجِنُّ والإنْسُ يَمُوتُونَ

“Ya Allah, hanya kepadaMu aku berserah diri, hanya kepadaMu aku beriman, hanya kepadaMu aku bertawakal, hanya kepadaMu aku kembali dan hanya kepadaMu aku mengadu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada keperkasaanMu –tiada ilah yang berhak diibadi kecuali Engkau- (aku berlindung kepadaMu) dari Engkau yang menyesatkan aku, Engkaulah yang Maha Hidup yang tidak akan mati, sedangkan jin dan manusia pasti akan mati.


“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keleMahan dan kemalasan, sifat pengecut dan kikir, usia lanjut yang menyebabkan kepikunan dan adzab kubur. Ya Allah, berikanlah jiwaku ketakwaannya dan bersihkanlah ia (jiwaku), sesungguhnya Engkau yang terbaik membersihkannya, Engkaulah pelindung dan pemeliharanya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusu’, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dan dari do’a/permohonan yang tidak diperkenankan.

اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ ، وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي ، وَاقْبِضْنِي إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْخَشْيَةَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةَ وَكَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ ، وَالْقَصْدَ فِي الْغِنَي وَالْفَقْرِ ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بِالْقَضَاءِ وَبَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ ، وَأَسْأَلُكَ شَوْقًا إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ ، وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ ، اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الإِِيمَانِ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْهُدَاةِ الْمَهْدِيِّينَ

“Ya Allah, dengan pengetahuanMu terhadap yang ghaib dan kekuasaanMu atas segala makhluk, hidupkanlah aku selama Engkau mengetahui bahwa kehidupa lebih baik bagiku, dan wafatkanlah jika Engkau mengetahui bahwa kematian lebih baik bagiku, ya Allah aku mohon kepadaMu agar aku merasa takut kepadaMu dalam keadaan ghaib (tersembunyi) dan syahadah (disaksikan orang banyak). Aku mohon kepadaMu (agar dapat mengucapkan) kalimat yang hak dalam keadaan ridha dan marah, aku mohon kepadaMu (sikap hidup) sederhana dalam kondisi miskin dan kaya, aku mohon kepadaMu kenikmatan yang tiada habisnya, aku mohon kepadaMu penyejuk pandangan (hati) yang tiada putusnya, aku mohon kepadaMu keridhaan (untuk menerima segala ketetapan) setelah diputuskan, aku mohon kepadaMu kehidupan yang sejuk setelah kematian, aku mohon kepadaMu kenikmatan memandang wajahMu dan kerinduan untuk berjumpa denganMu. Tidak dalam keadaan yang menyusahkan yang dapat membinakasakan dan bukan pula dalam keadaan fitnah/cobaan yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami orang-orang yang dapat menunjuki (manusia kepada kebenaran) serta berada di atas petunjuk”

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ, عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ, مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ, وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ, عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ, مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ, اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ, وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ, اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ اَلْجَنَّةَ, وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ, وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ, وَمَا قَرَّبَ مِنْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ, وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا

“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu segala kebaikan, cepat atau lambat, aku mengetahuinya atau tidak. Aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan, cepat atau lambat, aku mengetahuinya atau tidak. Ya Allah aku mohon kepadaMu segala kebaikan yang diminta oleh hamba dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi WasallamMu dan aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan yang diminta perlindungan oleh hamba dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi WasallamMu. Ya Allah, aku mohon kepadaMu surga dan apa saja yang mendekatkan (daku) kepadanya, baik ucapan maupun perbuatan, dan aku mohon perlindungan kepadaMu dari adzab neraka, dan apa saja yang mendekatkan (daku) kepadanya, baik ucapan atau perbuatan serta aku mohon kepadaMu agar Engkau jadikan setiap keputusan yang Engkau tetapkan terhadapku adalah yang terbaik.

اللهُمَّ إِنِّي أَسْألُكَ الْعَافِيَةَ في دِينِي ودُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالي، اللهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتي وَآمِنْ رَوْعَاتي وَاحْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَديَّ وَمِنْ خَلْفي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالي وَأعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِن تَحْتي
‘Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu keselamatan di dunia dan di akhirat, ya Allah aku mohon kepadaMu pemaafan dan keselamatan pada agama dan duniaku, keluarga dan harta bendaku. Ya Allah tutuplah aurat-auratku dan berikanlah rasa aman kepadaku, ya Allah peliharalah aku dari depanku, dari belakangku , dari kanan dan kiriku serta dari atasku, dan aku berlindung kepada keagunganMu dari ditenggelamkannya aku ke perut bumi dari bawahku.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِي إِلَى حُبِّكَ

“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu (agar aku senantiasa) mengerjakan segala kebaikan, meninggalkan segala kemungkaran, mencintai orang-orang miskin dan agar Engkau mengampuni dan mengasihi aku, dan sekiranya Engkau hendak menguji suatu kaum , maka wafatkanlah aku tanpa terkena ujian tersebut, serta aku mohon kepadaMu (agar aku senantiasa) mencintaiMu dan menyukai orang yang mencintaiMu serta mencintai suatu perbuatan yang mendekatkan aku kepada cintaMu.



Wallahu a'lam bish-shawab..
Semoga Allah senantiasa memberi taufiq untuk kita semua dalam memahami agama-Nya dan berpegang teguh terhadap sunnah yang mulia,dan semoga Allah menerima amal ibadah kita karena Dia Maha Pemberi lagi Mulia. Dan akhirnya, shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, seluruh anggota keluarganya dan para shahabatnya serta setiap orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat... Amiin.



SHALAT JENAZAH


1. Menshalati mayat muslim hukumnya fardhu kifayah.
2. Yang tidak wajib hukumnya dishalati (tapi boleh) :
a. Anak yang belum baligh (Boleh dishalati meskipun lahir karena keguguran, yaitu yang gugur dari kandungan ibunya sebelum sempurna umur kandungan. Ini jika umurnya dalam kandungan ibunya sampai empat bulan. Jika gugur sebelum empat bulan maka ia tidak dishalati).
b. Orang yang mati syahid

3. Disyariatkan menshalati :
a. Orang yang meninggal karena dibunuh dalam pelaksaanaan huhud hukum Allah.
b. Orang yang berbuat dosa dan melakukan hal-hal yang haram. Orang ahlul ilmi dan ahlul diin tidak menshalati supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang seperti itu.
c. Orang yang berutang yang tidak meninggalkan harta yang bisa menutupi utang-utangnya, maka orang yang seperti ini dishalati.
d. Orang yang dikuburkan sebelum dishalati (atau sebagian orang sudah menshalati sementara yang lainnya belum menshalati) maka mereka boleh menshalati di kuburnya.
e. Orang yang mati di suatu tempat dimana tidak ada seorangpun yang menshalati di sana, maka sekelompok kaum muslimin menshalatinya dengan shalat gaib.
(Karena tidak semua yang meninggal dishalati dengan shalat gaib)

4. Diharamkan menshalati, memohonkan ampunan dan rahmat untuk orang-orang kafir dan orang-orang munafik (mereka bisa diketahui dari sikap mereka memperolok-olokkan serta memusuhi hukum dan syari'at Islam, dengan ciri-ciri yang lain).
5. Berjamaah dalam shalat jenazah hukumnya wajib, seperti halnya dengan shalat-shalat wajib yang lainnya. Jika mereka shalat jenazah satu persatu/sendiri-sendiri maka kewajiban shalat jenazah sudah terpenuhi, tetapi mereka berdosa karena meninggalkan jama'ah, wallahu 'alam
6. Jumlah minimal jemaah yang tersebutkan dalam pelaksanaan shalat jenazah adalah tiga orang.
7. Lebih banyak jumlah jemaah lebih afdhal bagi mayyit
8. Disukai membuat shaf/baris di belakang imam tiga shaf ke atas
9. Jika yang shalat dengan imam hanya satu orang, maka orang itu tidak berdiri pas di samping imam sejajar seperti halnya dalam shalat-shalat lain, tapi ia berdiri di belakang imam. (Dari sini anda mengetahui kesalahan banyak orang bahkan orang-orang terpelajar yaitu dalam shalat-shalat biasa lainnya jika hanya berdua maka yang ma'mum mundur sedikit dari posisi yang sejajar imam)
10. Pemimpin umat atau wakilnya lebih berhak menjadi imam dalam shalat, jika keduanya tidak ada maka yang lebih pantas mengimami adalah yang lebih baik bacaan/hafalan Qur'an-nya, kemudian yang selanjutnya tersebutkan dalam sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
11. Jika kebetulkan banyak sekali jenazah terdiri dari jenazah laki-laki dan jenazah wanita, maka mereka dishalati sekali shalat. Jenazah laki-laki (meskipun masih anak-anak) diletakkan lebih dekat dengan imam, sedangkan jenazah wanita di arah kiblat.
12. Boleh juga dishalati satu persatu, karena ini adalah hokum asalnya.
13. Lebih afdhal jika shalat jenazah di luar masjid, yaitu di suatu tempat yang disiapkan untuk shalat jenazah, dan boleh juga di masjid karena semuanya ini pernah diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
14. Tidak boleh shalat jenazah di antara pekuburan (Bagi yang mencermati baik-baik, hal ini tidak bertentangan dengan yang disebutkan point 3 bagian [d])
15. Imam berdiri di posisi kepala mayat laki-laki dan di posisi pertengahan mayat wanita.
16. Bertakbir 4 kali (pendapat yang lebih kuat).
17. Disyariatkan mengangkat kedua tangan pada takbir yang pertama saja.
18. Lalu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri lalu menempelkan di dada.
19. Setelah takbir yang pertama membaca surah Al-Fatihah. (Disini tidak ada penjelasan yang menyebutkan adanya do'a istiftaah).
20. Bacaan dalam shalat jenazah sifatnya sir (pelan)
21. Lalu takbir yang kedua kemudian membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

22. Lalu bertakbir untuk takbir selanjutnya (ketiga), dan mengikhlaskan doa untuk mayyit. Misalnya dengan doa dibawah ini.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ عَلَيْهِ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجَةً خَيْرًا مِنْ زَوْجَتِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

23. Bertakbir untuk takbir ke empat
24. Berdoa antara takbir yang terakhir dengan salam disyariatkan
25. Kemudian salam dua kali seperti halnya pada shalat wajib yang lain, yang pertama ke kanan dan yang kedua ke kiri, boleh juga salam hanya satu kali, karena kedua cara ini tersebutkan dalam sunnah.
26. Menurut sunnah salam pada shalat jenazah dengan cara sir (pelan), bagi imam dan orang-orang yang ikut di belalakangnya
27. Tidak boleh shalat pada waktu-waktu terlarang, kecuali karena darurat. (waktu-waktu terlarang; saat terbitnya matahari, tatkala matahari pas dipertengahan dan tatkala terbenam)

0 komentar:

Posting Komentar